PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA BOGOR JAWA BARAT
PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS
MASYARAKAT DI KOTA BOGOR JAWA BARAT
M Sunu Probo Baskoro 1*
7716167947
1 Environmental Management
Department Post Graduate of Jakarta State University, Bung Hatta Building 2nd
Floor Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta, 13220 Rawamangun
Jakarta, Indonesia.
* Corresponding Author: M Sunu
Probo Baskoro, Environmental Management Department Post Graduate of Jakarta
State University, Bung Hatta Building 2nd Floor Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Jakarta 13220 Rawamangun, Indonesia, E-mail: sunu.dhadho@gmail.com, Phone: +62-81297015560
Abstract
Kota Bogor menerapkan system
pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pengelolaan ini merupakan alternative
upaya dalam mengatasi sampah rumah tangga. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh sistem tersebut terhadap penurunan berat sampah rumah tangga. Analisis
memperlihatkan bahwa kegiatan pengelolaan berpengaruh terhadap penurunan berat
sampah adalah kegiatan reuse, daur ulang, dan pembuatan kompos. Penurunan
berat sampah ditemukan lebih besar pada rumah tangga yang mendapat pelatihan.
Tidak ada perbedaan penurunan berat sampah menurut jumlah anggota keluarga,
penghasilan rumah tangga, dan pengetahuan ibu. Disarankan agar Pemerintah Kota
Bogor dapat melakukan replikasi model pengelolaan sampah berbasis masyarakat
kepada wilayah lainnya, dengan memberikan pelatihan pengelolaan sampah kepada
masyarakat.
Kata kunci : Pengelolaan
sampah berbasis masyarakat, berat sampah, pengolahan dan minimasi sampah
Introduction
Tahun 2016 Kota Bogor
dihadapkan pada peningkatan volume sampah 2 persen per tahun. Pada tahun 2014
volume sampah 1.901 m3 per hari meningkat menjadi 1.940 m3 per hari di tahun
2015. Hal ini tentunya menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat Kota Bogor
dan Pemerintah Daerah Kota Bogor. Berbagai cara telah dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kota Bogor. Salah satu cara yang dilakukan adalah mempersiapkan Tempat Pembuangan
Akhir Sampah yang berlokasi di TPA Galuga.
Meningkatnya jumlah
penduduk di Kota Bogor berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan.
Data dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor menyebutkan bahwa pada 2013 jumlah
penduduk kota Bogor 1.013.015 jiwa. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah
penduduk Kota Bogor pun semakin bertambah, pada 2014 penduduk Kota Bogor
berjumlah 1.030.720 jiwa. Pada 2015, jumlah penduduk Kota Bogor menjadi
1.047.922 jiwa.
Bappeda Kota Bogor juga
menyebutkan bahwa ada tiga sumber permasalahan Kota Bogor dalam pengelolaan
sampah, ketiga permasalahan itu adalah pertama, besarnya volume sampah yang
berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, kedua, keterbatasan
lahan untuk pembuangan akhir, dan ketiga, teknik pengelolaan sampah yang masih
konvensional.
Bappeda Kota Bogor juga
menyebutkan bahwa rumah tangga menjadi produsen sampah tertinggi di Kota Bogor.
Kemudian berturut-turut sampah pasar, sampah pertokoan, sampah fasilitas umum
dan sampah industry. Masalah pengelolaan sampah di Kota Bogor diantaranya
adalah masih terdapat 29,80 % dari total seluruh rumah tangga, hingga kini
masih membuang sampah dengan cara menimbun, membakar dan membuang ke sungai.
Walaupun Pemerintah
Daerah telah menyiapkan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga, namun bukan
berarti masalah telah selesai. Warga sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah di
Galuga sempat menolak rencana Pemerintah Kota Bogor. Warga Desa Galuga,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada Januari 2016 pernah memblokir
jalan menuju tempat pembuangan akhir sampah. Saat itu warga memblokir jalan
sehingga sebanyak 12 truk milik DKP Kota Bogor tidak dapat masuk ke TPA Galuga.
Selain itu, truk
pengangkut sampah milik Pemerintah Kabupaten Bogor pun tidak dapat masuk ke TPA
Galuga, sehingga harus berhenti berderet di kawasan Cifor dan Sindang Barang. Penupatan
akses jalan menuju TPA Galuga dilakukan warga mulai pagi hari hingga sore hari.
Konflik yang terjadi
antara pemerintah Kota Bogor dan masyarakat mengindikasikan perencanaan
pengelolaan sampah oleh pemerintah Kota Bogor belum optimal. Tanpa menangani
sumber sampah secara baik, masalah pengelolaan sampah tak akan pernah selesai.
Salah satu opsi yang dapat diterapkan pada system pengelolaan sampah adalah
memberdayakan masyarakat yang menghasilkan sampah. Masyarakat dapat mengolah
sampah secara mandiri sehingga jumlah sampah yang dihasilkan dapat
diminimalkan. Paradigma baru pengelolaan sampah bertumpu pada upaya mengurangi
sampah sebanyak mungkin dari sumbernya akan mengurangi jumlah sampah yang
dibuang ke TPA.
Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah mengurangi sampah dari sumbernya dengan memberdayakan
masyarakat di tingkat RT dan RW untuk mengelola sampah sendiri. Pengelolaan
sampah berbasis masyarakat saat ini telah dilakukan di beberapa Negara, antara
lain, Thailand, Nepal, dan India. Di beberapa kota di Indonesia pun telah
menerapkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat, diantaranya di Bekasi,
Bandung, Jogja, Semarang, Surabaya dan Bali.
Masyarakat Kota Bogor
bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bogor sejak 2016 lalu telah membentuk Tempat
Pembuangan Sampah 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dan bank sampah. Hingga saat
ini, masyarakat Kota Bogor telah memiliki 23 TPS 3R dan 73 bank sampah. Pengelolaan
sampah berbasis masyarakat ini mampu mengurangi sampah yang dikelola oleh
pemerintah Kota Bogor.
Pemberdayaan
Masyarakat, Sumodoningrat, 1999 (dalam Septitah 2010) menyebutkan pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan
potensi kemampuan yang mereka miliki. Dadang (2003) menyimpulkan bahwa
pemberdayaan mempunyai makna lebih kepada masyarakat yaitu suatu usaha untuk mentransformasikan
kesadaran rakyat dan sekaligus mendekatkan masyarakat dengan akses untuk
perbaikan kehidupan mereka. (dalam Septitah, 2010). Bentuk pemberdayaan
masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya-upaya pelibatan
masyarakat.
Tujuan dari penulisan ini
adalah ingin mengungkap seberapa besar penurunan sampah yang dikelola oleh
pemerintah setelah masyarakat ikut serta dalam pengelolaan sampah. Hal lain
yang ingin diketahui adakah perubahan sikap dari masyarakat Kota Bogor terutama
sikap sadar lingkungan setelah mengikuti program Gerakan memilah sampah
sekarang (Gemilang).
Method
Penulisan ini dilakukan dengan
menggunakan data-data sekunder dari berbagai sumber, baik buku-buku literature,
berita-berita dari media online, e-book, jurnal tentang masyarakat dan
sumber-sumber lainnya.
Hasil
Gambaran
Umum
Kota Bogor
merupakan salah satu kota yang terdapat di Propinsi Jawa Barat. Kota ini
terletak 59 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah
wilayah Kabupaten Bogor. Dahulu, luasnya mencapai 21,56 km2 namun
kini telah berkembang menjadi 118,50 km2 dan jumlah penduduknya
sebanyak, 1.047.922 jiwa. Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena
memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Kota Bogor dibagi menjadi 68
Kelurahan.
Kota Bogor
berbatasan dengan kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Bogor sebagai berikut,
sebelah utara berbatasan dengan Sukaraja, Bojong Gede dan Kemang. Sebelah timur
berbatasan dengan Sukaraja dan Ciawi. Sebelah selatan berbatasan dengan Cijeruk
dan Caringin dan sebelah barat berbatasan dengan Kemang, Ciomas dan Dramaga.
Kota Bogor
terletak pada ketinggian 190-330 m dari permukaan laut. Udaranya relative sejuk
dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26o C dan
kelembaban udaranya kurang lebih 70%.
Sejak 2015
Kota Bogor telah melakukan pelatihan TFL TPS3R. Kegiatan ini berlanjut hingga
2016. Dalam pelaksanaan pelatihan itu, Pemerintah Kota Bogor mendapat bantuan
kerjasama dari Pemerintah Kota Hirosima dan KLHK dengan Program Kerjasama
bernama Kampung Iklim. Program itu menciptakan Laskar Pengendali Pencemaran
Lingkungan Konservasi dan Perubahan Iklim.
Nantinya
mereka akan diterjunkan ke masyarakat guna mendorong masyarakat bersama-sama
memindahkan kehijauan di taman ke jalur hijau dan seluruh halaman tingkat RW
sambil meneruskan Program gerakan memilah sampah sekarang (Gemilang)
Program ini
melatih masyarakat memilah sampah organic ke dalam lubang biopori dan sampah
an-organik bernilai ekonomis di tabung ke bank sampah dan residu serta B3
ditempatkan di TPS untuk diangkut oleh Petugas Dinas Lingkungan Hidup.
Hasil
Analisa Deskriptif
Sejumlah
Rukun Warga seperti RW 09 dan 010 di kelurahan Ranggamekar Kecamatan Bogor
Selatan telah berhasil memilah sampah dari sumber sampah dan memanfaatkan TPS
3R (Reuse, Reduce dan Recycle) serta bank sampah sebagai sarana pengurangan
sampah dari sumbernya.
Pemerintah
Kota Bogor akan menambah mesin pencacah di setiap pasar. Mesin ini nantinya
digunakan sebagai mesin pencacah sampah pasar di pasar tradisional.
Sebelumnya pada
2006 lalu, masyarakat Kota Bogor belum memahami sepenuhnya cara pengelolaan
sampah dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya temuan dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor yang menyebutkan bahwa
lebih dari separuh (65,71%) masyarakat kelurahan Gunung Batu kecamatan Bogor
Barat Kota Bogor tidak pernah menimbun sampah yang sudah dikumpulkan. Walaupun
masyarakat di Kelurahan Gunung Batu Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor sebagian
besar (88.57%) memiliki tempat untuk membuang sampah.
Warga Kota
Bogor, terutama warga di kelurahan Gunung Batu, kecamatan Bogor Barat Kota
Bogor, lebih senang membakar sampah rumah tangga mereka. Hanya separuh (42,86%)
dari warga kelurahan Gunung Batu Kecamatan Bogor Barat menyatakan tidak pernah
membakar sampah rumah tangga mereka.
Pengaruh
Kegiatan Pengolahan Sampah
Dampak dari
kegiatan pengolahan sampah di beberapa tempat pada awalnya membuat beberapa
tempat lainnya ikut mengadopsi kegiatan itu. Hingga kini, di Kota Bogor
terdapat 23 Tempat Pembuangan Sampah 3R (reuse reduce dan recycle). Selain itu
saat ini juga sudah terdapat 73 bank sampah yang tersebar diseluruh kelurahan
di Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor bekerjasama dengan masyarakat, menargetkan
Tempat Pembuangan Sampah dan Bank Sampah dapat didirikan hingga ke tingkat
Rukun Warga.
Selain
adanya tempat pembuangan sampah hingga rukun warga, kini masyarakat Kota Bogor
semakin sadar dengan pengelolaan sampah. Hal ini ditandai dengan munculnya
gerakan yang bernama Gemilang yang berarti, gerakan memilah sampah sekarang.
Program ini melatih masyarakat memilah sampah organic ke dalam lubang biopori
dan sampah an-organik bernilai ekonomis di tabung ke bank sampah dan residu
serta B3 ditempatkan di TPS untuk diangkut oleh Petugas Dinas Lingkungan Hidup.
Penurunan
jumlah sampah juga terlihat dengan makin meningkatnya kemampuan masyarakat
terutama ibu rumah tangga dalam memilah sampah. Sehingga sebelum diangkut
menuju TPA, petugas mampu meminimalkan jumlah sampah.
Kesimpulan
Pengelolaan
sampah terbukti efektif dilakukan pada tingkatan masyarakat di lingkungan rukun
warga. Masyarakat yang telah mengikuti pelatihan pengelolaan sampah mampu
mengelola sampah menjadi sesuatu yang berharga. Warga itu juga mampu memilah
sampah dengan baik. Penurunan jumlah sampah disebabkan oleh kegiatan reuse,
reduce dan recycle sampah rumah tangga. Penurunan jumlah berat sampah ditemukan
semakin besar pada rumah tangga yang pernah mengikuti pelatihan dan semakin
banyaknya anggota keluarga yang pernah mendapatkan pelatihan.
Saran
Pelatihan
tentang daur ulang sampah sebaiknya dilakukan hingga tingkat RT dan karang
taruna sehingga semua warga dapat melakukan kegiatan memilah sampah dan reuse,
reduce dan recycle. Bila memungkinkan juga Tempat Pembuangan Sampah 3R
seharusnya tersedia hingga tingkat RT.
Bank sampah
juga perlu diperbanyak hingga tingkatan RT hal ini sangat bermanfaat bagi warga
yang ingin membuang sampah yang bernilai ekonomis.
Daftar
Pustaka
Puspawati Catur, Besral, Pengelolaan Sampah Berbasis
Masyarakat di Kampung Rawajati Jakarta Selatan, Jakarta, Universitas Indonesia
Journal, Kesehatan Lingkungan, 2008
Sepdianti, Ana Efita, Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan
Sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat Kota
Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian, Bogor, Institut Pertanian Bogor, 2006.
Badan Pusat Statistik. Statistik Luas Wilayah dan Jumlah
Penduduk menurut kecamatan di Kota Bogor. Badan Pusat Statistik. 2017
Badan Pusat Statistik. Statistik Lingkungan Hidup di Kota
Bogor. Badan Pusat Statistik. 2017
Bappeda Kota Bogor. Analisa Isu Strategis Kota Bogor.
Bappeda Kota Bogor 2016
Burhani Ruslan, Kota Bogor percontohan pengelolaan sampah
berbasis masyarakat, Edisi 2017. http://www.antaranews.com/berita/608253/kota-bogor-percontohan-pengelolaan-sampah-berbasis-masyarakat. 23 Januari 2017
Akbar
Norvan, Bogor jadi Kota Percontohan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Edisi 2017. http://jpp.go.id/peristiwa/lintas-daerah/301686-bogor-jadi-kota-percontohan-pengelolaan-sampah-berbasis-masyarakat. 23 Januari 2017
Komentar
Posting Komentar