Runtuhnya Nasionalisme
Runtuhnya
Nasionalisme
Oleh: M Sunu
Probo Baskoro
Persepakbolaan Indonesia sedang giat membangun dan bergairah.
Hal ini ditandai dengan mulai maraknya mantan bintang sepak bola dunia yang
mulai berkarir di kancah persepakbolaan Indonesia. Dua minggu lalu, Persib
Bandung, sebuah klub kebanggaan masyarakat Jawa Barat mendatangkan pemain kelas
dunia Michael Essien, pemain dunia yang pernah bermain untuk klub Chelsea, AC
Milan dan terakhir bermain di liga Yunani dengan memperkuat klub Panathinaikos
walupun bukan hal baru dalam persepak bolaan Indonesia, langkah ini merupakan
sebuah kabar gembira. Persepak bolaan Indonesia mulai diramaikan oleh
bintang-bintang dunia
Tak lama berselang, klub Persib Bandung kembali mendatangkan
mantan pemain nasional Inggris. Carlton Cole, pemain berusia 33 tahun ini
pernah memperkuat beberapa klub liga Inggris seperti West Ham United dan
Glasgow Celtic. Walupun sudah tidak lagi muda, dengan datangnya pemain-pemain
kelas dunia yang pernah merasakan ketatnya persaingan di kancah sepak bola
Eropa diharapkan mampu menularkan ilmu-ilmu kepada pesepak bola local dan
pemain muda.
Tak mau ketinggalan, klub kebanggan Ibu Kota, Persija juga
mendatangkan pemain yang berpengalaman bermain di kompetisi Eropa, adalah
Arthur Irawan, pemain yang pernah bermain di Liga Spanyol dan Belgia ini
dikontrak Persija selama satu tahun dengan opsi perpanjangan kontrak setahun. Walaupun
sudah tidak asing lagi dengan persepak bolaan Indonesia (Arthur pernah
mengikuti seleksi timnas Indonesia), kiprah Arthur diharapkan mampu membuat
iklim liga Indonesia semakin kompetitif.
Bali United juga mendatangkan bintang timnas Indonesia yang
berkiprah di J-League 2. Irfan Bachdim, setelah sekian lama bermain di luar
Indonesia, mulai kompetisi musim depan akan bermain sebagai pemain Bali United
FC.
Selain klub yang berbenah dengan mendatangkan pemain-pemain
berkualitas, PSSI sebagai induk organisasi cabang sepak bola Indonesia juga
turut berbenah. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan mendatangkan
pelatih berkelas dunia untuk membenahi dan meracik timnas Indonesia. Beberapa
saat lalu, PSSI mengontrak mantan pemain Barcelona Luis Milla sebagai pelatih
timnas Indonesia senior dan timnas Indonesia U-22. Kemampuan Luis Milla dalam
meracik tim tak perlu diragukan lagi, sebelumnya Luis Milla mampu membawa tim
junior Spanyol menjadi kampiun di Eropa.
Bukan hanya pelatih kenamaan dan mumpuni yang dikontrak oleh
PSSI namun juga program pelatnas bagi timnas Indonesia dirancang dengan serius.
Untuk timnas U-22 sebagai persiapan menuju Sea Games di Malaysia, PSSI
berencana menggelar pelatnas jangka panjang di Spanyol setelah itu punggawa
timnas U-22 akan mengikuti pagelaran Islamic Solidarity Games di Azerbaijan.
Begitu riuhnya persepakbolaan Indonesia saat ini hingga demi mendongkrak
sebuah prestasi seorang Ezra Walian, pemain sepak bola yang bermain untuk klub
liga Belanda, Jong Ajax Amsterdam dinaturalisasi menjadi warga Negara
Indonesia. Ezra Walian pada akhirnya menjadi bagian dari timnas U-22 Indonesia.
Debut pertamanya dilakukan saat timnas U-22 melakoni laga persahabatan melawan
timnas Myanmar. Walaupun saat itu timnas U-22 kalah 1-3, Ezra Walian sempat
bermain di babak kedua bersama Evan Dimas. Luis Milla pun menganggap permainan
Ezra Walian masuk dalam skema timnas U-22 yang sedang dipersiapkan menuju Sea
Games.
Ditengah hingar bingar persepak bolaan Indonesia terbesit
sedikit duri, adalah Andri Syahputra. Seorang WNI berusia 17 tahun yang bermain
di liga Qatar. Sebelumnya PSSI sudah memanggil Andri agar mengikuti seleksi
timnas U-19 yang dilatih oleh Indra Sjafrie, namun keluarga Andri menolak
undangan seleksi itu. Alasan yang dikemukankan oleh keluarga Andri adalah
masalah pendidikan Andri.
Tak lama berselang tersiar kabar bahwa Andri Syahputra
bermain bersama timnas U-22 Qatar dalam laga persahabatan melawan U-19 England.
Pertandingan berlangsung di Qatar. Dalam laga itu, timnas U-22 Qatar menderita
kekalahan 0-4 dari timnas U-19 England.
Dengan adanya kejadian ini, membuat PSSI sebagai induk
organisasi sepak bola Indonesia merasa kecewa, lantaran Andri lebih memilih
Qatar daripada Indonesia. Hingga kini, PSSI merasa bahwa Andri merupakan Warga
Negara Indonesia dan merasa heran dengan keputusan pihak Andri yang lebih
memilih Qatar, PSSI pun mulai mempertanyakan kewarganegaraan Andri dan
berkeinginan memperjelas statusnya.
Pihak Kementerian Pemuda dan Olah Raga sempat mengecam
keputusan yang diambil oleh Andri Syahputra. Bahkan pihak Kementerian Pemuda
dan Olahraga merekomendasikan kepada PSSI agar memasukkan nama Andri Syahputra
ke dalam daftar hitam pemain sepak bola Indonesia. Hal ini dikarenakan
penolakan Andri atas undangan seleksi timnas U-19. Belakangan, Ketua Umum PSSI
yang juga seorang Pangkostrad merasa kecewa dengan keputusan Andri Syahputra.
Sejalan berlalunya waktu, Ketua PSSI Eddy Rahmayadi akhirnya “move on” dari peristiwa itu dan
menyatakan bahwa walaupun PSSI mengakui talenta yang dimiliki oleh Andri
Syahputra, Eddy yakin masih banyak talenta-talenta muda sepak bola Indonesia
yang bersedia membela tim nasional.
Penolakan yang dilakukan oleh Pihak Andri Syahputra merupakan
suatu fenomena yang layak dicermati. Sudah barang tentu, Tim Nasional merupakan
suatu pencapaian tersendiri bagi seorang pemain sepak bola. Jika Ezra Walian
saja bersedia dinaturalisasi menjadi warga Negara Indonesia untuk membela
timnas, mengapa seorang Andri Syahputra yang notabene-nya merupakan warga Negara Indonesia engga membela tim
nasionalnya sendiri. Apakah pamor gengsi pemain nasional Indonesia sudah
menurun atau ada alasan lain yang membuat Andri enggan membela timnas.
Nasionalisme sebuah konsep kecintaan terhadap suatu bangsa
dan Negara ternyata tak dapat dinilai dengan sebuah kewarganegaraan. Begitu
banyak warga suatu Negara yang bahkan tidak mencintai negaranya bahkan
merusaknya. Sebaliknya banyak juga warga Negara lain yang mencintai dan bekerja
keras untuk mengharumkan nama suatu Negara tertentu.
Hingar bingar Industri sepak bola Indonesia yang mulai
bergeliat kea rah Industri serta tata kelola klub yang mulai ke arah perbaikan ternyata
juga tidak menjadi solusi bagi kenyamanan berkarir pesepakbola terutama dalam
membela tim nasional. Dunia sepak bola Indonesia yang terus menerus kisruh
hingga dua kali dikucilkan dari persepakbolaan Internasional menyisakan trauma
dan ketakutan akan mandeknya potensi talenta-talenta sepak bola Indonesia.
Maka sudah sewajarnya jika kejadian penolakan Andri Syahputra
dari seleksi timnas U-19 dijadikan pelajaran agar para pemangku kepentingan di
lingkungan sepak bola mengelola Industri sepak bola Indonesia dengan
sebaik-baiknya. Jangan ada lagi pertikaian antara pemanku kepentingan yang pada
akhirnya akan merugikan Masyarakat Sepak Bola Indonesia. Semoga Terus Maju
Sepak Bola Indonesia….
Bravo Indonesia..!!
Komentar
Posting Komentar